Juli 8, 2025
1000173669-1024x485

Padang Pariaman, SUMATERA BARAT – Di tengah hiruk pikuk kemajuan yang sering digaungkan, kisah pilu Ibu Yeti (52) menjadi pengingat bahwa masih banyak masyarakat yang berjuang dalam sunyi, menanti uluran tangan. Bertahun-tahun hidup dalam keterbatasan, Ibu Yeti yang tinggal di sebuah nagari di Payakumbuh, Sumatera Barat, hanya mendambakan satu hal: tempat tinggal layak dan pendidikan bagi kelima anaknya.

Ibu Yeti membutuhkan bantuan tempat tinggal yang layak dan dukungan untuk menyekolahkan kelima anaknya. Ia merasa terabaikan meskipun sudah berulang kali didatangi oleh perwakilan nagari dan Koramil.

Tokoh utama dalam kisah ini adalah Ibu Yeti, seorang ibu dengan lima anak yang hidup dalam kondisi memprihatinkan. Pihak yang sudah berkunjung adalah orang dari nagari dan Koramil, namun belum ada bantuan konkret yang terealisasi. Pihak yang sangat diharapkan bantuannya adalah pemerintah daerah, dinas sosial, Bupati, dan Gubernur.

 Bantuan sudah “beberapa kali” didatangi oleh pihak nagari dan Koramil, namun “sampai sekarang belum ada bantuan.” Rentang waktu spesifik tidak disebutkan, namun indikasinya adalah penantian yang sudah berlangsung cukup lama.

Kejadian ini berlangsung di sebuah nagari di wilayah Payakumbuh, Sumatera Barat, tempat Ibu Yeti dan kelima anaknya tinggal.

Ibu Yeti ingin memiliki tempat tinggal yang layak dan bisa menyekolahkan anak-anaknya agar mereka bisa hidup lebih baik dari dirinya. Kondisi hidup yang sulit mendorongnya untuk terus berharap dan mencari bantuan.

Ibu Yeti mengungkapkan keputusasaannya karena belum ada bantuan yang datang meskipun sudah ada kunjungan dari pihak berwenang. Ia berharap agar pemerintah daerah, dinas sosial, Bupati, dan Gubernur dapat melihat langsung kondisinya dan memberikan perhatian. Kisah ini digambarkan sebagai cerminan masyarakat yang berjuang dalam sunyi, dengan harapan agar suara hati seorang ibu dan kelima anaknya dapat menggugah nurani semua pihak untuk memberikan bantuan.